PEKALONGAN (Suara Karya) Sedikitnya 50 industri garmen di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, terancam gulung tikar akibat kalah bersaing dengan produk asal. China. Menurut pemilik industri PT Prima Garmen, Sah-rozi, saat ini sebagian besar pemilik industri celana jeans dan pakaian jadi tidak mampu bertahan lagi untuk melanjutkan usahanya karena kalah bersaing dengan produk asal China.
"Beredarnya produk asal China dengan harga murah di pasaran sangat berpengaruh terhadap industri garmen dalam negeri Akibatnya, bagi pemilik industri garmen de-ngan modal yang sedikit, dipastikan tak mampu lagi bertahan," katanya di Pekalongan, Kamis (15/7). Sahrozi mengatakan, sebelum berlaku kawasan perdagangan bebas China-ASEAN (China-ASEAN Free Trade Area/CAFTA), pemilik industri garmen mampu mempekerjakan 105 orang, tetapi kini hanya 35 orang.
Menurut dia, semula pemilik garmen mampu mengirimkan 3.000 potong celana setengah jadi ke luar daerah, tetapi kini hanya 900 potong per hari karena pesanan terus menurun. "Dengan kondisi yang tidak stabil saat ini, kami terpaksa mengurangi pekerja karena terus merugi.Sehingga, saat ini pesanan celana hanya berasal dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya, padahal sebelumnya mampu dipasarkan ke Kalimantan dan Sumatera," tuturnya.
Terkait hal itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Industri Indonesia (Apindo) Pekalongan Umar Achmad menegaskan, dampak pasar bebas tersebut temyata sangat negatif dan signifikan terhadap industri dalam negeri, sehingga banyak pekerja garmen menganggur akibat pabriknya tidak bisa memproduksi "Pasar bebas ini suatu ancaman yang cukup sulit dibendung karena industri lokal mengalami kalah persaingan yang cukupsignifikan. Maka itu, kami imbau pemilik industri agar juga waspada terhadap kemungkinan timbulnya gejolak ekonomi global yang lebih meluas lagi," ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar